Antara Banjarmasin dan Palangkaraya
Ketika membaca tulisan di buku La
Tahzan karya Dr. Aidh al-qarni mengenai detik-detik yang sangat berharga yang
isinya menceritakan betapa manusia pada saat menghadapi bahaya yang nyaris
merenggut nyawanya selalu akan berpasrah dan berdoa kepada sang khalik Allah
SWT dan berdoa “ Tidak ada ilah selain Allah, satu-satunya, tiada sekutu
baginya, kepunyaannya semua kerajaan dan pujian, dia maha kuasa atas segala
sesuatu. Saya kembali teringat mengenai kejadian sewaktu saya bertugas di
Kalimantan sebagai pemeriksa di Balikpapan. Wilayah kanwil Balikpapan ini
mencakup seluruh pulau Kalimantan dan Kantor Pemeriksa Balikpapan pada saat itu
(tahun 1999 sd. 2001) mencakup kantor – kantor cabang yang berada di propinsi
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan tengah.
Pada suatu ketika sekitar bulan
Oktober 1999, saya bersama dengan Manajer OPP (Bp.I. Made Arsana) ditugaskan ke
Palangkaraya dan berarti saya harus naik bus malam dari Balikpapan ke
Banjarmasin yang biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 10 jam, namun
perjalanan kali ini saya tempuh dengan
waktu nyaris 15 jam perjalanan karena adanya kerusakan bus dalam perjalanan.
Kemudian setelah mampir di cabang Banjarmasin maka kami sore harinya
melanjutkan perjalanan ke Palangkaraya dengan menumpang travel berupa Toyota
Kijang Super, setelah mobil penuh dimana kursi depan diisi oleh dua orang plus
supir, kursi tengah diisi oleh 3 orang dan kursi belakang yang posisinya
menyamping diisi oleh 2 orang maka mobilpun mulai berjalan menuju Palangkaraya.
Saya dan Manajer OPP duduk di kursi tengah.
Perjalanan dari Banjarmasin ke
Palangkaraya pada saat itu dapat ditempuh dengan 3 cara, yaitu naik pesawat,
naik speed boat atau melalui darat, pada saat itu kami memilih melalui darat
karena sore hari tidak ada lagi speed boat yang berjalan dari Banjarmasin ke
Palangkaraya, sebenarnya naik speed jauh lebih cepat daripada naik darat.
Satu hal yang kemudian tidak
terlupakan adalah ternyata perjalanan yang sekiranya dapat ditempuh dalam waktu
sekitar 6-7 jam perjalanan tersebut akhirnya ditempuh dengan waktu nyaris 17
jam perjalanan. Setelah terombang ambing di jalan berlobang dan terpuruk dan
keluar dari jalan berkubang akhirnya mobil tersebut benar-benar amblas di
tengah-tengah lumpur yang membenamkan ban mobil sehingga tidak lagi dapat
bergerak. Di daerah pulang pisau yang sudah terkenal dengan jalan yang hancur
tersebut akhirnya mengakhiri perjalanan kijang super tadi di tengah gelapnya
malam.
Daerah pulang pisau ini masuk
wilayah Kalimantan Tengah dan masih dikelilingi oleh hutan hutan yang
sebagiannya sudah menjadi semak belukar karena hutannya habis ditebang untuk
diambil kayunya, ditengah gelapnya malam yang disertai hujan petir kami semobil
harus pasrah melewati malam karena tidak mungkin ada bantuan dimalam yang gelap
dan jauh dari pemukiman tersebut. Penderitaan ini bertambah dimana sebagian
penumpang mungkin untuk menghilangkan stressnya terus merokok didalam mobil
tersebut, kaca mobil tidak mungkin dibuka lebar karena hujan deras diluar akan
masuk ke mobil, saya sudah coba untuk memejamkan mata karena tidak ada lagi hal
yang dapat dilakukan namun meskipun berusaha saya tidak juga dapat tertidur,
rasa stress karena letihnya badan dan rasa takut rasanya dapat menyebabkan saya
pingsan. Karena stress ini juga barangkali menyebabkan perut saya sangat mulas
sehingga keinginan buang air besar tidak lagi dapat tertahankan, sungguh
penderitaan yang sebelumnya tidak terbayangkan pada saat saya berangkat menjadi
Pemeriksa di Balikpapan karena mendapatkan promosi.
Akhirnya karena mulas yang tak
tertahankan dan tidak ada pilihan lain dengan ditemani sebotol air aqua maka
saya memberanikan diri keluar dari mobil pada saat hujan agak reda meskipun kilat
tetap menerangi malam, disamping ban belakang mobil travel tersebut saya buanglah
beban di perut tadi, lebih karena stress saya mencret dan untuk pembersihannya
cukup dengan modal sebotol aqua 500 ml. Selesai dengan satu masalah itu saya
kembali naik ke mobil dengan satu beban sudah berkurang, yaitu rasa mulas. Akhirnya karena letih fisik dan pikiran saya
tertidur sampai pagi hari.
Pada saat sinar matahari mulai
terasa, saya terbangun dan melihat sekeliling dimana mobil tersebut terperosok,
sekeliling rupanya lumpur yang juga membenamkan beberapa mobil lainnya,
syukurlah pada saat itu tidak terjadi banjir yang dapat membenamkan mobil ke
dalam air. Mengenai banjir ini pernah dilain waktu saya melewati jalan yang
sama di siang hari, dan jalan tersebut dibanjiri oleh air sehingga mobil-mobil
harus melewati rakit-rakit untuk menyeberangkannya ke jalan yang kering melalui
sungai kecil di pinggir jalan, sudah menjadi bisnis bagi masyarakat sekitarnya
nampaknya membuat rakit dari beberapa perahu yang disambungkan dengan papan
kayu sehingga diatasnya dapat dimuat orang, sepeda motor dan mobil, perahu yang
berfungsi sebagai feri penyeberangan ini cukup efektif melalui sungai atau
rawa-rawa tersebut dengan didorong oleh tenaga manusia dengan menggunakan
bambu-bambu sebagai kayunya. Daerah pulang pisau ini seperti sebagian besar
wilayah di Kalimantan Tengah merupakan daerah bergambut sehingga rawa-rawa yang
mirip sungai banyak sekali ditemukan. Pada saat terjebak di jalan berlumpur ini
pernah saya lihat sebagian mobil yang barangkali terjebak di malam hari akhirnya
nyaris terbenam karena hujan deras menyebabkan banjir.
Pagi hari karena tidak ada
harapan mobil travel dapat dengan cepat keluar dari lumpur maka saya dan
Manajer OPP keluar dari mobil travel tersebut untuk mencari cara alternative
mencapai palangkaraya, begitu keluar dari mobil dan berjalan beberapa langkah
semakin terasa berat kaki berjalan karena lumpur yang dilewati terasa menyedot
kaki kedalamnya, sandal jepit yang saya pakaipun akhirnya dilepas Karena
semakin mempersulit gerakan sambil juga saya harus menenteng tas koper,
akhirnya kami sampai di pinggir rawa dimana ada perahu kecil yang disebut
dengan ketek, mungkin nama itu berasal dari bunyi mesin tempelnya yang kalau
hidup berbunyi” tek… ketek…. Tek “ . setelah sedikit negosiasi akhirnya kami
naik ketek itu melewati jalan rusak sehingga sampai di daerah yang jalannya
cukup baik dan sudah ada pemukiman penduduk.
Meskipun dengan berbagai
kesulitan akhirnya kami sampai juga di cabang Palangkaraya, meskipun
satu-satunya cabang Pegadaian di ibukota Propinsi Kalimantan tengah ini namun
cabang ini masih kelas III dan pada saat itu Manajernya bernama Ikhlas Usamah
yang badannya tinggi besar dan mengaku ex atlit Judo PON.
Kesulitan rupanya belum berakhir,
pada saat akan pulang ke Balikpapan kami naik pesawat merpati tipe foker 100
yang masih memakai baling-baling, setelah penumpang semuanya naik pesawat maka
seperti biasanya pesawat berbaling-baling maka propeller semakin kencang
menderu, namun akhirnya setelah dirtunggu sekian lama koq pesawat ini belum
juga bergerak dan baling-balinya malah mati. Mesin pesawatpun mati sehingga AC
pesawat tidak berfungsi, semakin lama udara dalam pesawat semakin panas dan
para penumpangpun mulai tidak sabar namun tidak ada petunjuk untuk keluar dari
pesawat oleh awak pesawat, akhirnya setelah sekian lama baru ada penjelasan
dari awak pesawat bahwa terdapat kerusakan pada pesawat dimana salah satu
baling-baling tidak berfungsi dan untuk kembali menghidupkan mesin pesawat
masih ditunggu salah satu alat, mungkin semacam charger untuk menghidupkan
mesin pesawat tersebut. Sungguh selalu teringat oleh saya kalau saja lewat
beberapa menit dan pesawatsempat mengudara kemudian mesinnya baling-balingnya
mati ! mungkin saya pun tinggal kenangan dan kisah ini tidak mungkin saya
tulis. Namun Allah sudah menentukan
garis tangan seperti ini :
Segala sesuatu
sesuai dengan qadha’ dan qadar,
Dan kematian
adalah sebaik-baik pelajaran.
Kembali saya kutip tulisan dalam buku La tahzan tersebut :
Berapa banyak kita memohon kepada Allah saat bahaya menimpa,
namun tatkala bencana itu hilang kita melupakannya.
Di lautan kita
berdoa kepada-nya agar kapal kita selamat,
Namun ketika
sudah kembali ke darat kita durhaka kepadanya.
Kita menaiki
angkasa dengan aman dan santai,
Tidak jatuh
karena yang menjaga adalah Allah.
Semua ini adalah
kebaikan dan bantuan Yang Maha Pencipta.
Akhirnya saya yakini dalam setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya,
tidak ada masalah yang tak dapat diselesaikan dan masing-masing orang sudah ada
garisan dari yang maha kuasa. Semakin berat kesulitan yang kita hadapi dan
mampu kita hadapi maka semakin timbul rasa percaya diri dan semakin kuat mental
kita menghadapi masalah yang timbul.
Komentar
Posting Komentar