Langsung ke konten utama

Ke Malang naik Kereta Api Brawijaya

Naik Kereta Api Brawijaya 

“mas, peronnya brawijaya yang sebelah mana ya ?” saya tanya ke Satpam yang berjaga di peron, “silahkan bapak-nya nunggu di jalur 3 nanti brawijaya akan masuk di jalur 3 ini” jawab si mas Satpam. “kalau gerbong dua sebelah mana ?” saya tanya lagi, “bapaknya nunggu diujung sebelah sana, nanti gerbong eksekutif 2 akan berhenti disana”, setelah bilang terima kasih, saya dan isteri berjalan ke arah yang ditunjuk sama mas Satpam.

Agak jauh juga harus jalan sampai menemukan kursi yang kosong, sayangnya kursi tunggu penumpang malah banyak diduduki oleh porter, jadi agak susah menemukan yang kosong sepasang. 

Selang beberapa menit, rangkaian kereta brawijaya pun masuk di jalur 3 dan parkir tidak jauh dari tempat duduk kami berdua menanti, berarti cocok dengan apa yang dibilang sama mas Satpam tadi. 

Serombongan penumpang dengan pakaian kaos biru pun turun dari gerbong eksekutif 2, sepertinya rombongan wisata dari karyawan salah satu kantor yang baru dapat reward jalan jalan, “lho koq tahu ? atau sok tahu ”  saya bisa perkirakan kalau dilihat dari wajahnya yang sumringah, seperti wajah karyawan yang baru dapat reward, he..he..

“yuk ma, kita naik kereta-nya”, saya ajak isteri masuk gerbong sambil ngadem karena di Peron terasa semakin panas, lumayan di gerbong adem dan tempat duduknya-pun nyaman. Jadi ingat waktu naik Batik air jurusan makassar, AC-nya malah mati saat menunggu di landasan, jadi gobyos. 



Tempat duduk di kelas eksekutif Brawijaya ini serasa jok recaro, jauh lebih lega dari kursi citilink dan pas buat badan kami yang medium size. Kaki juga bisa selonjoran, ini penting karena kami akan terbenam di jok ini selama sekitar 13 jam nantinya.

Setelah masalah selonjoran, hal sangat penting lainnya adalah masalah toilet. Soal toilet ini saya ingat ceramahnya pak Ignatius Jonan, legend-nya KAI yang kira kira bilang “kalau bisa menyediakan toilet yang bersih, berarti juga akan bisa melayani keperluan pelanggan lainnya”. Benar juga sekarang toilet sudah cukup bersih, meskipun gerendel pintunya sudah rusak.

Tepat pukul 15.30 rangkaian gerbong KAI mulai bergerak meninggalkan stasiun Gambir dengan bunyi gejluk..gejluk-nya yang khas, secara perlahan menyusuri jalan layang di sela sela gedung Jakarta.


Akhirnya setelah pensiun saya punya kesempatan jalan jalan naik kereta api, waktu aktif punya niat, tapi gak punya kesempatan.. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

pemeriksaan kas sekonyong konyong

Disaat masih menjadi pemeriksa muda di Inspektorat Wilayah Medan aku seperti biasa melakukan berbagai kunjungan pemeriksaan ke berbagai kantor cabang Pegadaian. Hari ini pemeriksaan di kantor cabang Pegadaian takengon selesai dilaksanakan, siang ini aku dan pak Sudrajat sebagai ketua team akan segera kembali ke Medan.  Ketua team ini orang sunda yang sangat baik dan seperti orang sunda lainnya, senang guyon, sehingga perjalanan jauh dari Medan ke Aceh yang ditempuh selama belasan jam ini tidak terasa membosankan. Tapi seperti orang sunda yang susah melafalkan beberapa huruf, begitu juga boss satu ini, salah satu yang paling aku ingat adalah kegagalannya mengucapkan kata “eksekutif”, beliau selalu mengucapkannya sebagai sekutip.   Karena sudah jadwalnya kembali ke Medan, Hati ini riang gembira serasa berteriak “hore.. hore, akhirnya tiba waktunya I’am coming home”. Tidak seperti sekarang dimana sewaktu waktu dapat video call dengan anak isteri, tahun 90-an ini kalau kangen sama keluarga

Arisan Emas Pegadaian.

Ingin berinvestasi emas ? kunjungi outlet outlet Pegadaian, sekarang investasi emas dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat dibeli secara tunai di outlet Galeri 24 Pegadaian, dapat juga dengan cara arisan.

jalur sungai Banjarmasin to Palangkaraya

Jalur Sungai Banjarmasin – Palangkaraya. Kantor cabang Pegadaian di Palangkaraya pada tahun 1999 merupakan satu-satunya kantor cabang Pegadaian yang terletak di kota Palangkaraya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah.   Pegadaian di Palangkaraya kurang bagus perkembangannya karena setelah beberapa tahun berdiri masih juga berstatus cabang kelas III, klasifikasi cabang terendah pada masa itu. Dibandingkan Pegadaian di wilayah Kalimantan Timur sangat jauh tertinggal, Pegadaian di wilayah Balikpapan telah tumbuh pesat.  Pada tahun 1998-2000 apabila kita ingin ke   kota Palangkaraya dari Banjarmasin salah satu alternative yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan sarana transportasi berupa speed boat . Setelah pengalaman buruk saya menggunakan angkutan darat maka saya lebih memilih selalu menggunakan angkutan sungai meskipun sebenarnya saya takut karena tidak bisa berenang sama sekali. Transportasi sungai Banjarmasin ke Palangkaraya ini akan melalui sungai-sungai Kuala Kapuas,