BAGAIMANA CARA MENGUJI KARATASE EMAS
Penetapan karatase pada umumnya
oleh Penaksir di Pegadaian berdasarkan hasil analisa kimia, yaitu dengan
menggosokkan emas pada batu uji untuk mendapatkan residu di atas batu, karena
sifatnya yang larut dalam larutan aqua regia (air raja) maka residu yang
tertinggal di batu uji tadi ditetesi air
uji yang terdiri dari air uji 1 berupa cairan asam nitrat (HNO3) dan air uji 2
berupa cairan HNO3 dicampur cairan asam chlorida (HCL), reaksi kimia yang
terjadi inilah yang menentukan karatase emas tersebut.
Misalnya untuk pengujian emas
merah (emas dengan campuran tembaga), pertama kali hasil gosokan emas pada batu
uji yang berbentuk garis akan ditetesi dengan air nitrat dan apabila garis emas
tadi termakan oleh air nitrat berarti kadar emas tadi adalah 16 karat atau
kurang, perbedaan karatasenya akan terlihat dari reaksinya, semakin cepat garis
emas termakan oleh reaksi kimia maka akan semakin rendah kadar emasnya atau
semakin rendah karatnya. Air nitrat yang ditetesi kemudian dikeringkan dengan
tissue tebal atau kertas lainnya yang dapat menghisap cairan dengan cepat. Sisa
reaksi kimia atas garis emas tadi dapat diamati, semakin banyak emas yang
berbekas di batu uji akan semakin tinggi kadar emasnya. Apabila dengan ditetesi air nitrat, garis emas
tidak bereaksi maka dapat diperkirakan bahwa kadar emas diatas 16 karat untuk
emas merah dan 14 karat untuk emas kuning. Selanjutnya garis emas tersebut pada
bagian lainnya (tidak dibagian yang sudah ditetesi air nitrat) ditetesi dengan
air uji 2 (campuran HNo3 dan HCL ; 3:2), kembali kita amati reaksi yang terjadi
dari reaksi kimia tadi, semakin cepat garis emas hilang maka semakin rendah
kadar emas. Setelah air uji 2 dikeringkan dengan tissue, dapat diamati garis emas yang tertinggal di batu uji,
semakin jelas garis emas yang tertinggal akan semakin tinggi kadar
emasnya, untuk emas 24 karat maka tidak ada garis emas
yang bereaksi dengan air uji tersebut.
Karena pengamatan dilakukan
secara visual maka terdapat kemungkinan adanya perbedaan kesimpulan antara satu
orang dengan orang lainnya, toleransi perbedaan ini adalah antara 1 s.d. 2
karat, oleh karena itu apabila perbedaan pengamatan antara pemeriksa dengan
taksiran Penaksir lebih dari 2 karat dapat disimpulkan sebagai taksiran tinggi.
Apabila dalam pengamatan atas
hasil uji kimia tersebut ditemukan reaksi kimia yang berbeda atau muncul reaksi
kimia dengan warna lain maka perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih cermat,
perhiasan emas tadi perlu digosok kembali ke batu uji dengan lebih keras dan
dilakukan pada berbagai bagian dari perhiasan tadi, terutama pada bagian-bagian
yang tersembunyi sehingga terdapat lebih banyak garis ujinya. Apabila pada saat ditetesi air uji 1
keluar warna hijau maka menunjukan bahwa perhiasan tersebut adalah sepuhan dan
logam didalamnya adalah tembaga. Air uji 1 juga dapat ditetesi langsung pada
bagian emas yang terkena gosokan, apabila perhiasan emas adalah sepuhan maka
pada bagian yang ditetesi air uji 1 tadi akan keluar gelembung-gelembung
berwarna kehijauan sebagai reaksinya. Apabila garis ditetesi air uji 2 keluar
warna putih maka emas tersebut sepuhan dimana logam didalamnya adalah perak.
Contoh pengujian emas palsu :
Hal yang juga perlu diingat
adalah pada saat menggosok perhiasan jangan hanya diambil posisi yang paling
mudah untuk digosok karena pada beberapa kasus emas palsu yang pemeriksa
ketahui, bagian yang paling mudah digosok oleh pemalsunya sudah dibuat paling
tebal, misalnya pada gelang slip maka ujung slipnya akan dibuat sangat tebal
karena nampaknya pemalsu tersebut juga sudah memahami karakter pengujian yang
dilakukan oleh Penaksir Pegadaian, oleh karena itu cari bagian – bagian yang
sulit untuk digosok, misalnya gelang ½ plat gosok pada bagian belakang platnya,
untuk gelang rantai pada bagian sambungan atau lipatan emas yang tidak mudah
terlihat. Apabila ada kecurigaan karena beratnya yang kurang wajar atau
warnanya yang berbeda maka jangan ragu-ragu untuk melakukan uji kimia dengan
menggosok berulang kali pada beberapa bagian.
Perbedaan dalam menetapkan
karatase juga dapat disebabkan perbedaan antara kekuatan air uji pada saat
barang jaminan (bj) diterima dengan air uji pada saat pemeriksaan dilakukan,
mengapa ? karena air uji mirip dengan coca cola atau minuman bersoda lainnya
dimana pada saat pertama kali kaleng atau botolnya dibuka apalagi baru keluar
dari frezer maka sodanya akan terasa sekali menyengat di lidah dan
kerongkongan, namun apabila sudah dibuka dan tidak habis kemudian disimpan maka
rasa sodanya akan hilang atau nyaris tidak ada lagi pada saat kita minum sehari
kemudian, pasti ada beda rasa antara yang minum pada saat coca cola baru dibuka
dengan yang minum coca cola terbuka sehari kemudian. Demikian juga dengan air
uji yang sudah lama dipakai, misalnya sudah satu bulan belum juga diganti-ganti
maka kekuatannya akan berbeda dengan air uji yang baru saja diisikan ke botol
air uji dan ini akan sangat mempengaruhi akurasi penetapan karatase emas.
Metode lain untuk menetapkan
kadar emas adalah dengan mencari berat jenisnya, emas merupakan logam yang
dalam simbol kimia memiliki nama Aurum (Au) dengan berat jenisnya dalam bentuk
murni adalah 19,32, emas murni ini adalah emas tanpa ada campuran dengan jenis
logam lainnya atau sering disebut emas 24 karat atau 99,99%, emas dengan kadar
kemurnian yang tinggi ini di Indonesia diperoduksi oleh PT. Aneka Tambang (PT.
ANTAM). Emas yang dapat dicari berat jenisnya dengan melakukan penimbangan
menggunakan timbangan analisa adalah emas yang tidak dalam bentuk perhiasan berongga
atau memiliki mata, baik berlian maupun batu mulia lainnya.
Untuk mencari berat jenis maka
dapat dicari dengan menimbang emas tersebut untuk mengetahui berat keringnya
dan kemudian menimbang emas di dalam timbangan analis, yaitu timbangan dimana emas
ditimbang dalam air untuk mengetahui volumenya dan dari membagi berat kering
dengan volume maka diperoleh berat jenis perhiasan tersebut, dari berat jenis
ini akan diketahui karatase emas. Atau secara rumus persamaan adalah sbb. :
Berat Kering (BK) – Berat Basah (BB) = Volume (V)
BK / V = Berat Jenis (BJ).
BJ Ã lihat tabel berat jenis.
Langkah menemukan berat jenis dengan cara diatas relatif tidak populer
dipergunakan oleh Penaksir maupun Pemeriksa karena memerlukan timbangan analis
yang sudah sulit didapatkan di kantor cabang Pegadaian dan juga memerlukan
waktu yang lama, cara ini meskipun sesuai teori namun akan menghambat kecepatan
pelayanan karena hampir semua langkah harus dilakukan secara manual. Bagi
Penaksir yang sudah jarang menggunakan timbangan manual maka akan perlu waktu
lama untuk menemukan volume perhiasan emas tersebut. Cara praktis yang
dilakukan hampir seluruh Penaksir adalah dengan menggunakan timbangan digital.
Pada timbangan digital tersebut ditaruh bejana yang biasanya terbuat dari botol
aqua 1 liter yang sudah dipotong setengahnya dan diisi dengan air kemudian
ditaruh diatas piringan timbangan dan timbangan digital diset untuk
menimbang volume. Perhiasan emas kemudian diikat dengan tali rafia tipis dan
kemudian dicelupkan ke dalam botol aqua tetapi tidak sampai ke dasar botol atau
menyentuh botol, sementara tali rafia tetap dipegang oleh Penaksir untuk
menjaga perhiasan stabil atau tidak jatuh, kemudian pada layar LCD timbangan akan muncul angka
yang merupakan volume dari perhiasan emas tersebut. Untuk menemukan berat jenis
adalah dengan membagi berat kering dengan volume tersebut, dengan mengetahui
berat jenisnya maka akan diketahui karatnya dengan melihat pada tabel bj, cara
yang praktis kalau tidak melihat pada tabel berat jenis adalah dengan membagi
berat jenis dengan angka 0,805. Misalnya ditemukan berat jenis 16,10 maka
karatnya adalah 16,10/0,805 = 20 karat.
Kelemahan dari cara ini dalam prakteknya adalah tidak akurat kalau berat
perhiasan kurang dari 10 gram atau apabila bentuk perhiasan sulit untuk masuk
kedalam bejana botol aqua yang sempit tersebut sehingga selalu membentur botol.
Komentar
Posting Komentar