Jalur Sungai Banjarmasin – Palangkaraya.
Kantor cabang Pegadaian di Palangkaraya
pada tahun 1999 merupakan satu-satunya kantor cabang Pegadaian yang terletak di
kota Palangkaraya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah. Pegadaian di Palangkaraya kurang bagus
perkembangannya karena setelah beberapa tahun berdiri masih juga berstatus
cabang kelas III, klasifikasi cabang terendah pada masa itu. Dibandingkan
Pegadaian di wilayah Kalimantan Timur sangat jauh tertinggal, Pegadaian di
wilayah Balikpapan telah tumbuh pesat.
Pada tahun 1998-2000 apabila kita ingin
ke kota Palangkaraya dari Banjarmasin salah
satu alternative yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan sarana
transportasi berupa speed boat. Setelah
pengalaman buruk saya menggunakan angkutan darat maka saya lebih memilih selalu
menggunakan angkutan sungai meskipun sebenarnya saya takut karena tidak bisa
berenang sama sekali. Transportasi sungai Banjarmasin ke Palangkaraya ini akan
melalui sungai-sungai Kuala Kapuas, Barito dan Kahayan beserta kanal-kanal yang
menghubungkannya.
Speed boat yang melayani jalur Banjarmasin ke Kalimantan Tengah banyak
mencari penumpang di pinggir sungai, ada semacam terminal rakyat di
pinggir-pinggir sungai, terminal sepertinya dikelola sendiri oleh penduduk
setempat, karena tidak ada petugas dinas perhubungan di terminal tersebut. Setelah membayar karcis
maka penumpang akan diatur oleh petugas atau preman lokal untuk naik ke boat dengan menuruni tepian sungai menggunakan
tangga kayu. Kondisi ini mengingatkan
saya akan tempat ngetem angkot di Bandung yang ada timernya dan tidak akan
berangkat sebelum penumpangnya penuh seperti ikan sarden di dalam kaleng.
Sebutan speed boat ini tidak persis sama dengan yang saya bayangkan sebelum
saya mengenal speed boat di Banjarmasin karena speed boat yang saya bayangkan
sebelumnya adalah seperti yang ada di film James Bond, dimana boat terbuat dari
bahan fibreglass dan hanya ada dua susun kursi, di bagian depan untuk supir
speed boat yang sering disebut motoris dan satu atau dua penumpang dan di bagian
belakang satu baris kursi yang dapat diisi dengan sekitar 3 penumpang serta
dilengkapi mesin pendorong yang ditempelkan di bagian belakang. Sedangkan speed yang melayani jalur Banjar ke
palangkaraya ini adalah perahu panjang yang terbuat dari kayu, terdiri dari
beberapa baris kursi yang dapat memuat sekitar 20 sampai dengan 30 orang
penumpang dan kalau kita bawa koper maka pertama kali sebelum penumpang naik
maka koper harus dimasukan dulu ke speed karena akan ditaruh dibawah kursi
penumpang dalam arti tutup kursi harus diangkat dulu kemudian koper dimasukan
dan kemudian baru ditutup kembali dan diatas itulah penumpang akan duduk. Pada
bagian ekornya ditempel biasanya dengan dua mesin pendorong yang saya kurang
tahu berapa daya kudanya, namun apabila sudah full speed maka perahu akan terangkat sehingga penumpang bagian
depan akan terasa segera take off karena bagian depan perahu tidak lagi
menyentuh permukaan air dan hanya bagian belakang dekat mesin tempel yang
menyentuh air, kalau kita duduk di bagian belakang maka tidak lagi dapat
melihat pemandangan karena air sungai yang terhempas oleh badan speed membentuk
semburan air berbentuk tembok air di sisi kiri dan kanan atau muncrat di kiri
dan kanan perahu yang berlari dengan kencang menyusuri sungai Kapuas itu.
Pada saat pertama kali naik speed
ini akan terasa sangat sesak karena kalau duduk di beberapa baris muka dimana
kursi menghadap ke bagian depan maka satu kursi kayu kecil yang rasanya hanya
nyaman untuk 3 orang dengan tubuh standar harus diisi dengan 5 orang sehingga
nyaris tidak ada gerakan yang dapat dilakukan dengan nyaman, namun setelah
beberapa saat speed berjalan entah kenapa kemudian selalu terasa semakin lega
sepertinya tubuh penumpangnya menciut. Saya sering memilih duduk di bagian
belakang yang meskipun posisinya duduknya menyamping namun biasanya lebih
lapang dan kaki masih dapat selonjoran.
Perjalanan ini biasanya ditempuh
sekitar 4 s.d. 5 jam perjalanan dengan sekali istirahat untuk mengisi perut
bagi yang merasa lapar karena biasanya berangkat dari Banjarmasin pada pagi
hari. Tempat pemberhentian tersebut adalah rumah makan yang terletak di pinggir
sungai sehingga memberi suasana yang berbeda dengan keriuhan kota besar, apalagi
kalau melihat sungai yang dikelilingi hutan pada saat hujan, terasa ada
atmosfir yang sungguh memberi ketenangan pada mata dan bathin, seolah kita
berada pada peradaban yang berbeda. Kadang
kala melintas perahu besar yang membawa anak-anak pergi sekolah, kalau di
daerah sumatera utara terutama di daerah seperti tebing tinggi sampai Kisaran
kita akan lihat anak – anak pergi sekolah naik bentor yaitu becak bermotor
beramai-ramai sehingga satu bentor dapat dinaiki sampai sekitar 10 orang maka
di daerah ini anak-anak bersekolah dengan menaiki perahu besar bermesin tersebut
beramai ramai dan sebagian duduk diatas atap perahu tersebut karena perahu ini
atau kapal kecil ini memiliki atap. Kembali ke bentor tadi, bagi yang biasa
tinggal di daerah jawa maka beca di daerah sumut ini berbeda karena tempat
penumpang dan tukang becanya bersisian atau becanya disisi kiri mirip dengan
bentuk beca yang dikenal di Jawa dan disisi kanannya digandengkan dengan sepeda
motor tempat tukang beca mengendarai becanya. Sepeda motor yang dipakai masih
banyak sepeda motor tua jenis BSA (Birmingham Small Army), dilihat dari namanya
sudah tentu sepeda motor ini buatan Inggris, kalau berjalan asapnya bisa
tertinggal dibelakang sekitar 10 meter
dan suaranya sangat rebut. Mengapa penumpangnya bisa sampai banyak ? karena di
becanya dapat duduk berhadap-hadapan dan di bagian belakang beca ada lagi yang
duduk menghadap belakang dan ada yang dibonceng di sepeda motor abang becanya.
Perjalanan melintasi sungai Kahayan
ini akan melewati kanal-kanal yang menurut sejarahnya dibangun dimasa Belanda
menjadi penguasa di Kalimantan selatan, dibangun oleh W Broers pada tahun
1880-1890, namun jauh sebelum kanal ini dibangun oleh penguasa Belanda,
orang-orang Banjar sudah banyak membangun kanal-kanal ini dengan kemampuan
sendiri. Bung Karno pada tahun 1957 pernah melalui jalur sungai ini pada saat
berkunjung ke Palangkaraya dari Banjarmasin dan bercita-cita akan membangun
ibukota Indonesia masa depan di kota Palangkaraya ini.
Di sisi sungai-sungai yang
dilewati itu sangat sering kita akan melihat rangkaian kayu-kayu besar hasil
penebangan hutan yang panjangnya bisa berkilo- kilometer mengapung ditepian
sungai dan juga akan kita lihat tempat pengolahan kayu tersebut disisi sungai yang
mengolah kayu tebangan tersebut, sebagian kayu tersebut ditumpuk dipinggir
sungai dekat pabrik-pabrik tersebut, pada tahun tahun 1999 -2000 an tersebut
nampaknya masalah illegal logging belum menjadi perhatian serius dari pemerintah dan tidak pernah diekspose
besar-besaran seperti pada zaman presiden SBY. Sangat menyedihkan melihat kayu
yang berasal dari pohon yang entah perlu berapa puluh atau ratusan tahun
tersebut untuk menjadi sebesar itu harus ditebang untuk keperluan manusia atau
keserakahan segelintir manusia, apalagi pelaku penebangan itu jelas – jelas
bukan masyarakat setempat tetapi perusahaan perusahaan besar dari Jakarta,
seharusnya kalaupun hutan itu harus dimanfaatkan maka penduduk asli setempatlah
yang paling besar merasakan manfaatnya bukan kekuasaan Negara yang memberikan
hak penguasaan hutan kepada beberapa orang pengusaha tanpa membawa manfaat yang
berarti bagi penduduk setempat, sebaliknya membawa penderitaan dengan ancaman
banjir dan longsor akibat hutan habis ditebang.
Kadang-kadang speed boat tersebut
masuk ke sungai-sungai kecil yang barangkali seperti jalan pintas, pernah
sekali saat speed boat memasuki sungai kecil tersebut pada saat air surut maka
terasa sekali sulitnya speed boat tersebut mencari jalan agar speed tidak
kandas di sungai, melewati sungai sungai kecil yang berada di tengah hutan
tersebut menimbulkan nuansa yang sangat berbeda, keheningan dan ketenangan air
sungai terasa memberikan suasana magis yang tidak akan ditemui didaerah
perkotaan yang hiruk pikuk. Selalu ada keindahan dalam kehidupan yang berbeda
dari kehidupan yang selama ini kita kenal.
Komentar
Posting Komentar