Langsung ke konten utama

Kembalinya Pegadaian

Kembalinya Pegadaian di Galang dan Dolok Masihol

Kecamatan Galang berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Medan, Sebelum kita masuk ke perkampungan di kecamatan Galang ini maka kita akan melewati areal kebun PTPN yang sangat luas yang merupakan warisan pemerintah Kolonial dan saat ini komoditas utamanya Karet dan sawit.  Setelah melewati areal perkebunan ini barulah ditemukan perkampungan penduduk yang cukup ramai dan di daerah ini   bangunan-bangunan tua masa kolonial yang masih dipakai meskipun tidak terawat, daerah Galang ini sepertinya dulu daerah yang berkembang karena sudah ada bangunan-bangunan toko beton yang mengingatkan saya dengan   kota tua di Jakarta atau jalan Braga di Bandung .

Penduduk kecamatan Galang ini  mayoritas  keturunan dari Jawa, mereka   penduduk Jawa yang dulu dibawa oleh perusahan perkebunan Belanda untuk membuka kebun Karet di tanah Deli, sekarang mereka sudah menjadi komunitas besar di Sumatera Utara   dan keturunan dari imigran ini Gatot Pudjo Nugroho menjadi   Gubernur Sumatera Utara.

Pegadaian pernah berada di daerah ini, namun sejak tahun 80-an pada saat usaha Pegadaian tidak berkembang dan mengalami kesulitan finansial seluruh asset dalam bentuk tanah sehingga berhenti beroperasi, pada saat ini   oleh pemilik barunya sudah dibangun ruko yang berjumlah 7 unit.






Sekitar satu jam dari Galang terdapat daerah Dolok Masihol yang memiliki suasana mirip dengan daerah Galang, sepanjang rute menuju Dolok masihol kita juga akan melewati perkebunan sawit dan perkebunan karet,  penduduk dolok masihol juga  banyak yang keturunan dari Jawa Timur dan Bangunan tua ex kolonial pun masih banyak tersisa.

Di Dolok Masihol juga terdapat bangunan milik Pegadaian yang  pada saat ini sudah dipakai sebagai kantor salah satu dinas pemerintah,    disebelah bangunan yang dijadikan sebagai kantor dinas  masih terlihat bangunan  rumah tua yang meskipun sudah tidak terawat namun masih  dihuni oleh penduduk setempat, dilihat dari bentuk bangunannya terlihat bahwa rumah tersebut adalah rumah untuk pemimpin cabang. Meskipun sudah dikuasai oleh pemerintah lokal namun penduduk lokal masih mengenalnya sebagai bekas kantor Pegadaian, atau menurut bahasa lokalnya disebut kantor pajak gadai.






Seiring dengan perkembangan bisnis Pegadaian yang berkembang pesat sejak pembukaan unit unit di berbagai lokasi maka Pegadaian mulai kembali beroperasi di daerah galang dengan menyewa ruko untuk dijadikan unit operasional dan mengembalikan penguasaan atas gedung Pegadaian di Dolok Masihol.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pemeriksaan kas sekonyong konyong

Disaat masih menjadi pemeriksa muda di Inspektorat Wilayah Medan aku seperti biasa melakukan berbagai kunjungan pemeriksaan ke berbagai kantor cabang Pegadaian. Hari ini pemeriksaan di kantor cabang Pegadaian takengon selesai dilaksanakan, siang ini aku dan pak Sudrajat sebagai ketua team akan segera kembali ke Medan.  Ketua team ini orang sunda yang sangat baik dan seperti orang sunda lainnya, senang guyon, sehingga perjalanan jauh dari Medan ke Aceh yang ditempuh selama belasan jam ini tidak terasa membosankan. Tapi seperti orang sunda yang susah melafalkan beberapa huruf, begitu juga boss satu ini, salah satu yang paling aku ingat adalah kegagalannya mengucapkan kata “eksekutif”, beliau selalu mengucapkannya sebagai sekutip.   Karena sudah jadwalnya kembali ke Medan, Hati ini riang gembira serasa berteriak “hore.. hore, akhirnya tiba waktunya I’am coming home”. Tidak seperti sekarang dimana sewaktu waktu dapat video call dengan anak isteri, tahun 90-an ini kalau kangen sama keluarga

Arisan Emas Pegadaian.

Ingin berinvestasi emas ? kunjungi outlet outlet Pegadaian, sekarang investasi emas dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat dibeli secara tunai di outlet Galeri 24 Pegadaian, dapat juga dengan cara arisan.

jalur sungai Banjarmasin to Palangkaraya

Jalur Sungai Banjarmasin – Palangkaraya. Kantor cabang Pegadaian di Palangkaraya pada tahun 1999 merupakan satu-satunya kantor cabang Pegadaian yang terletak di kota Palangkaraya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah.   Pegadaian di Palangkaraya kurang bagus perkembangannya karena setelah beberapa tahun berdiri masih juga berstatus cabang kelas III, klasifikasi cabang terendah pada masa itu. Dibandingkan Pegadaian di wilayah Kalimantan Timur sangat jauh tertinggal, Pegadaian di wilayah Balikpapan telah tumbuh pesat.  Pada tahun 1998-2000 apabila kita ingin ke   kota Palangkaraya dari Banjarmasin salah satu alternative yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan sarana transportasi berupa speed boat . Setelah pengalaman buruk saya menggunakan angkutan darat maka saya lebih memilih selalu menggunakan angkutan sungai meskipun sebenarnya saya takut karena tidak bisa berenang sama sekali. Transportasi sungai Banjarmasin ke Palangkaraya ini akan melalui sungai-sungai Kuala Kapuas,