Journey to Labuan Bajo
Go to Airport
Untuk menuju Labuan Bajo salah satu penerbangan yang dapat
dipilih adalah menggunakan Batik Air, penerbangan ke Labuan bajo menggunakan
penerbangan dengan flight no.ID6522 yang take off dari Bandara Soetta terminal
IC, tanggal 17 Juni 2018, pada jam 10.40.
Berdebar debar jantung ini untuk segera sampai di Labuan
bajo karena sudah tidak sabar melihat lokasi wisata yang kalau dilihat di
Instagram Indonesia Juara sebagai agen tour ke Labuan bajo ini sangat menarik
untuk dikunjungi. Terbayang bisa berfoto dengan komodo dan melihat pantai
dengan pasir nya berwarna pink dan air jernih bak pualam.
Setelah melewati proses
check in di counter terminal 1 C Bandara Soekarno Hatta yang memakan waktu sekitar 30 menit termasuk antriannya, proses boarding pun segera dilakukan.
Penerbangan ke Labuan bajo ini akan ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam 10 menit.
Bandara Komodo, Labuan Bajo.
Kami sekeluarga boarding sekitar jam 10.10 menit, on time dengan jadwal penerbangan. Hanya karena antrian pesawat yang cukup
panjang di run way maka pesawat baru
bisa take off sekitar jam 11 wib. Dengan
menggunakan pesawat jenis airbus A 320 pesawat akhirnya take off dengan sedikit
getaran pada saat menembus gumpalan awan di atas Tangerang, alhamdulillah setelah
melewati gumpalan awan langit terlihat biru cerah dan pesawat dapat terbang
nyaris tanpa terjadi getaran.
Sekitar jam 14.00 waktu Labuan
bajo atau waktu Indonesia bagian tengah pesawat Batik mendarat di Bandara Komodo
Labuan bajo. Pendaratan terasa cukup keras terasa, padahal cuaca bagus. Pesawat
mendarat di Bandara Komodo yang dibangun di era menteri perhubungannya pak
Ignasius jonan, dari jendela pesawat terlihat bumi NTT yang panas dan gersang.
Bandara Komodo ini terlihat masih bersih dan cukup indah
dilihat, Bandara ini terlihat kecil dibandingkan bandara di kota besar
Indonesia dan di landasan hanya ada satu pesawat Batik yang kami tumpangi
parkir di landasan . Namun bandara ini sangat bermanfaat untuk mendorong
pertumbuhan wisata di Labuan bajo, karena sebelumnya wisatawan kalau ingin
berkunjung ke Labuan bajo harus terlebih dahulu lewat Denpasar atau Mataram.
Pengaturan area penjemputan bandara ini terlihat sangat
semrawut, para penjemput dan calo wisata terlihat berebut dan semrawut. Dari
yang saya lihat belum ada taksi resmi yang beroperasi, penjemput kalau tidak
mobil pribadi, mobil berlogo hotel atau seperti taksi gelap yang sudah
dicarter. Karena saling berebut dan parkir penjemput yang tidak teratur, tidak
heran bunyi klakson mulai bersahutan.
Journey Day 1
Pulau Kelor
Sekitar jam 09.50, kapal pinisi yang kami charter sekeluarga
mulai lepas jangkar dari dermaga Kampung ujung Labuan Bajo. Pinisi ini dinakhodai
oleh pak haji najah, tour leadernya orang makasar bernama Muhammad Naim didampingi
oleh guide bernama Refri yang lulusan SMKN 2 Pekanbaru. Pinisi ini juga membawa
dua orang chef, Jidah dan Anto. Kapal Pinisi ini memiliki panjang sekitar 12
meter dengan dua kamar di deck bawah dan satu kamar di deck atas. Pada bagian
atapnya juga disediakan kursi untuk tempat beristirahat sambil menikmati cahaya
matahari.
Pulau yang pertama kali kami kunjungi adalah pulau Kelor, setelah
sekitar 1 jam berlayar dari dermaga dan melewati gelombang laut yang lumayan kuat
mengayun ayunkan kapal pinisi ini, terlihatlah pulau Kelor. Pulau ini terlihat gersang dengan rumput yang
menguning karena musim kemarau. Namun
gersangnya pulau ini terbayarkan dengan pemandangan yang memanjakan mata, pantai nya yang punya air
sejernih pualam sehingga kita bisa melihat batu batu karang yang hidup di dasar
lautnya. bertemu dengan pasir putih yang lembut.
Sepanjang perjalanan di laut Labuan bajo ini kita akan
bertemu dengan kapal kapal wisata lainnya yang juga bergerak dari pulau Kelor
ini ke pulau rinca, pada musim liburan ini banyak sekali kapal wisata yang
mengantarkan wisatawan melakukan tour di
pulau pulau kawasan Labuan bajo ini. Dengan tumbuhnya wisata di Labuan bajo,
semakin banyak perusahaan yang melayani tour di Labuan bajo, memberikan
kesempatan bagi penduduk local menyewakan kapal kapalnya untuk dipakai
berwisata dan mendapatkan pekerjaan.
Tapi di pulau kelor ini tujuan wisata utama bukanlah untuk
menikmati pemandangan pantai-nya tetapi untuk tracking ke puncak pulau batu
karang ini. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa Tracking di Kelor Island ini
sepertinya hanya cocok untuk gen millennial, dengan kemiringan pendakian yang nyaris
45 derajat serta berdebu tebing batu ini sangat curam untuk didaki.
Namun bagi anak anak yang masih Gen millennial yang merupakan pencari lokasi instagramable, bukit ini menjadi
keharusan didaki agar view labuhan
bajo dapat terlihat. Dari puncak bukit di pulau kelor ini akan terlihat laut
biru, pasir putih dan pulau pulau yang bertebaran di sekeliling pulau kelor. Dengan
latar belakang bukit bukit yang ada di pantai Labuan bajo. Kesulitan pendakian
dapat terbalaskan setelah mendapatkan foto yang menarik dan dapat diunduh di
insta story serta kemudian mendapatkan komen menanyakan dimana lokasinya dan
like dari teman temannya… itulah kebahagiaan zaman Now..
bagi saya sendiri ber-levitation di pantai pulau kelor sudah menjadi hal yang membahagiakan.
Komentar
Posting Komentar