Langsung ke konten utama

Prijaji Hindia Belanda

Prijaji

Pegadaian milik negara Hindia Belanda terbentuk pada tahun 1901 hasil dari kerja team de wolff van westerrode, pada awalnya hanya mencakup daerah Jawa dan Madura, kemudian pada tahun 1921 diperluas untuk seluruh wilayah diluar jawa dan madura. Pada tahun tersebut jumlah pandhuis sudah mencapai 398 kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah Hindia belanda.

Pandhuis milik pemerintah kolonial ini juga membuka lapangan kerja bagi penduduk pribumi, karyawan pandhuis ini berasal dari lulusan sekolah milik Hindia Belanda.  Pada masa colonial ini sekolah dibagi dua jenis, perbedaannya pada lamanya masa sekolah. Sekolah kelas satu sekolah selama 5 tahun dan sekolah kelas dua sekolah selama 3 tahun. Biasanya tamatan sekolah kelas satu ini melanjutkan Pendidikan ke sekolah kedokteran, peternakan atau perdagangan.

Warga pribumi yang bekerja di pandhuis ini kemudian menjadi kelompok prijaji baru di tengah masyarakat, mereka menjadi bagian dari prijaji pribumi yang sebelumnya sudah terlebih dahulu hadir, seperti pegawai perusahaan kereta api, guru sekolah, pegawai post, telegraf dan telfon. Tentu saja menjadi prijaji dalam masyarakat kolonial memiliki kebanggaan tersendiri, namun juga punya efek negative dalam sikapnya yang terlalu bangga dengan gelar prijaji dalam hal melayani nasabahnya yang biasanya berasal dari kelompok non prijaji.

Karyawan pandhuis ini kemudian membuat serikat pekerja yang disebut dengan nama perserikatan pegawai pandhuis bumiputera (PPPB) pada tahun 1914. Pada masa ini berbagai pergerakan di Indonesia tumbuh, seperti Budi Utomo dan Sarikat Islam, lahirnya pergerakan ini juga disebabkan semakin meningkatnya intelektualitas masyarakat pribumi dari hasil Pendidikan. PPPB ini juga kemudian menjadi bagian dari pergerakan yang dekat dengan Sarikat Islam pimpinan Semaun. 

Ketua Serikat Pekerja Pandhuis bernama Sosrokardono merupakan teman dekat dari Semaun. Sosrokardono ini kemudian aktif menjadi tokoh pergerakan melawan pemerintah Hindia Belanda dan karena aktifitasnya yang dikenal dengan kasus Cimareme ini kemudian dipenjarakan oleh pemerintah Hindia Belanda, pada masa ini gubernur jenderalnya adalah Van Limburg Stirum.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

pemeriksaan kas sekonyong konyong

Disaat masih menjadi pemeriksa muda di Inspektorat Wilayah Medan aku seperti biasa melakukan berbagai kunjungan pemeriksaan ke berbagai kantor cabang Pegadaian. Hari ini pemeriksaan di kantor cabang Pegadaian takengon selesai dilaksanakan, siang ini aku dan pak Sudrajat sebagai ketua team akan segera kembali ke Medan.  Ketua team ini orang sunda yang sangat baik dan seperti orang sunda lainnya, senang guyon, sehingga perjalanan jauh dari Medan ke Aceh yang ditempuh selama belasan jam ini tidak terasa membosankan. Tapi seperti orang sunda yang susah melafalkan beberapa huruf, begitu juga boss satu ini, salah satu yang paling aku ingat adalah kegagalannya mengucapkan kata “eksekutif”, beliau selalu mengucapkannya sebagai sekutip.   Karena sudah jadwalnya kembali ke Medan, Hati ini riang gembira serasa berteriak “hore.. hore, akhirnya tiba waktunya I’am coming home”. Tidak seperti sekarang dimana sewaktu waktu dapat video call dengan anak isteri, tahun 90-an ini kalau kangen sama keluarga

Arisan Emas Pegadaian.

Ingin berinvestasi emas ? kunjungi outlet outlet Pegadaian, sekarang investasi emas dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat dibeli secara tunai di outlet Galeri 24 Pegadaian, dapat juga dengan cara arisan.

jalur sungai Banjarmasin to Palangkaraya

Jalur Sungai Banjarmasin – Palangkaraya. Kantor cabang Pegadaian di Palangkaraya pada tahun 1999 merupakan satu-satunya kantor cabang Pegadaian yang terletak di kota Palangkaraya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah.   Pegadaian di Palangkaraya kurang bagus perkembangannya karena setelah beberapa tahun berdiri masih juga berstatus cabang kelas III, klasifikasi cabang terendah pada masa itu. Dibandingkan Pegadaian di wilayah Kalimantan Timur sangat jauh tertinggal, Pegadaian di wilayah Balikpapan telah tumbuh pesat.  Pada tahun 1998-2000 apabila kita ingin ke   kota Palangkaraya dari Banjarmasin salah satu alternative yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan sarana transportasi berupa speed boat . Setelah pengalaman buruk saya menggunakan angkutan darat maka saya lebih memilih selalu menggunakan angkutan sungai meskipun sebenarnya saya takut karena tidak bisa berenang sama sekali. Transportasi sungai Banjarmasin ke Palangkaraya ini akan melalui sungai-sungai Kuala Kapuas,