Harley Davidson -Tantangan adalah Peluang
Setelah era perang dunia II selesai, sepeda motor Harley Davidson menjadi produsen sepeda motor tanpa lawan di pasar Amerika. Sampai kemudian di tahun 1960-an, Big Four Jepang yang terdiri dari Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki yang bangkit dari kehancuran perang dunia mulai melakukan ekspansi ke Amerika.
Honda menjadi pelopor sepeda motor Jepang yang masuk ke Amerika Serikat. Tahun 1959 Honda mulai masuk pasar Amerika dengan membawa paket sepeda motor produksinya dengan kapasitas mesin mulai dari 50 cc sampai dengan 350 cc.
Jepang membawa sepeda motor dengan harga yang jauh lebih murah dan konsumsi bahan bakar yang jauh lebih irit dibandingkan produk HD. Di tahun 1970-an Big Four dari Jepang berhasil menguasai 85% dari pasar sepeda motor di Amerika Serikat menggeser posisi HD.
Kehilangan pelanggan setianya menyebabkan HD mengalami krisis dan nyaris bangkrut. disaat kritis inilah di tahun 1981Vaughn Beals membeli HD. Beals melihat peluang untuk menyelamatkan HD, karena Beals yang merupakan executive berpengalaman di HD sangat memahami positioning bagi konsumen motor besar ini.
Bagi Beals kesalahan HD adalah karena usahanya untuk bersaing dengan sepeda motor Jepang menyebabkan HD kehilangan personality-nya sehingga ditinggalkan oleh pelanggannya. Beals melakukan repositioning terhadap brand HD, Beals mengembalikan brand personality HD sebagai produsen sepeda motor besar dengan kualitas premium, inilah konsumen yang menjadi target market dari produk HD.
Brand HD dipasarkan sebagai lifestyle, bukan sebagai alat transportasi. HD mensponsori komunitas penggemar yang disebut dengan Harley Owners Group (HOG). Komunitas ini mendukung lifestyle bikers HD, seperti melaksanakan kegiatan bikers rally dan aktifitas charity. Anggota HOG diberikan berbagai augmented product untuk mempertahankan loyalitasnya.
HD kemudian mampu bangkit dengan menciptakan segmen pelanggan setianya. Deru khas knalpot HD menjadi life style dan membangun kelompok konsumen yang tidak hanya loyal, tetapi menjadi promotor dengan word of mouth marketing (womm) di komunitasnya.
dikutip dari buku #Tantangan adalah Peluang
Komentar
Posting Komentar