Langsung ke konten utama

Creative destruction dan Literasi Keuangan

Literasi Keuangan dan Creative Destruction


Membaca kisah mengenai masyarakat Tuban yang kaya mendadak dan kemudian sebagian masyarakat merasa menyesal menjual sawahnya karena sekarang tidak memiliki pekerjaan, menjadi sangat menarik. Berita yang cukup viral ini seperti menceritakan dua hal, yaitu 

# Kurangnya Literasi Keuangan.

Salah satu ciri ciri masyarakat modern sebagaimana definisi Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah memiliki Financial capabilities, yaitu kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan yang benar dan bermanfaat dalam bidang keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Mengenal dengan baik berbagai lembaga keuangan (financial inclusion), memiliki pengetahuan mengenai risiko finansial (financial literacy) dan memiliki kemampuan (skill) mengelola keuangan merupakan bagian dari financial capabilities. Kemampuan mengenal berbagai Lembaga keuangan ini akan mendorong individu dapat mengambil keputusan yang baik disaat membutuhkan dan menggunakan Lembaga keuangan untuk meningkatkan kesejahteraannya secara individu maupun bagi komunitasnya. 

Literasi keuangan ini sepertinya tidak menyertai masyarakat yang mendadak mendapatkan uang dalam jumlah besar, namun dibelanjakan untuk hal hal yang sifatnya konsumtif.


# Creative Destruction

Secara teori apa yang terjadi dengan pembangunan kilang minyak Pertamina menyebabkan perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat Tuban. Masyarakat yang secara turun temurun, mungkin sejak zaman Majapahit adalah petani seketika kehilangan tempatnya bekerja, dan sumber ekonomi dalam komunitas.

Tentu tidak mudah bagi warga yang sudah berusia cukup lanjut untuk berubah dari petani menjadi pedagang atau berinvestasi pada berbagai instrument keuangan yang tidak dikuasainya. Konsep re-skilling atau up-skilling dari petani menjadi profesi yang sama sekali berbeda sepertinya akan sulit dilakukan. Konsep tersebut  barangkali masih mungkin dilakukan untuk generasi mudanya agar dapat bekerja di kilang minyak Pertamina.

Apa yang terjadi di Tuban dapat menggambarkan apa yang disampaikan  oleh Joseph Schumpeter pada tahun 1942  sebagai “creative Destruction”.   Teori mengenai perubahan akibat ditemukannnya teknologi baru. Seperti ditemukannya Kapal yang dapat menyeberangi samudera dan teknologi kereta api. Teknologi baru ini kemudian membawa barang dan jasa yang merubah ekonomi dan komunitas. Begitu juga yang terjadi di Tuban, keberadaan kilang minyak Pertamina menimbulkan perubahan bagi komunitas dan ekonomi masyarakat. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

pemeriksaan kas sekonyong konyong

Disaat masih menjadi pemeriksa muda di Inspektorat Wilayah Medan aku seperti biasa melakukan berbagai kunjungan pemeriksaan ke berbagai kantor cabang Pegadaian. Hari ini pemeriksaan di kantor cabang Pegadaian takengon selesai dilaksanakan, siang ini aku dan pak Sudrajat sebagai ketua team akan segera kembali ke Medan.  Ketua team ini orang sunda yang sangat baik dan seperti orang sunda lainnya, senang guyon, sehingga perjalanan jauh dari Medan ke Aceh yang ditempuh selama belasan jam ini tidak terasa membosankan. Tapi seperti orang sunda yang susah melafalkan beberapa huruf, begitu juga boss satu ini, salah satu yang paling aku ingat adalah kegagalannya mengucapkan kata “eksekutif”, beliau selalu mengucapkannya sebagai sekutip.   Karena sudah jadwalnya kembali ke Medan, Hati ini riang gembira serasa berteriak “hore.. hore, akhirnya tiba waktunya I’am coming home”. Tidak seperti sekarang dimana sewaktu waktu dapat video call dengan anak isteri, tahun 90-an ini kalau kangen sama keluarga

Arisan Emas Pegadaian.

Ingin berinvestasi emas ? kunjungi outlet outlet Pegadaian, sekarang investasi emas dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat dibeli secara tunai di outlet Galeri 24 Pegadaian, dapat juga dengan cara arisan.

jalur sungai Banjarmasin to Palangkaraya

Jalur Sungai Banjarmasin – Palangkaraya. Kantor cabang Pegadaian di Palangkaraya pada tahun 1999 merupakan satu-satunya kantor cabang Pegadaian yang terletak di kota Palangkaraya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah.   Pegadaian di Palangkaraya kurang bagus perkembangannya karena setelah beberapa tahun berdiri masih juga berstatus cabang kelas III, klasifikasi cabang terendah pada masa itu. Dibandingkan Pegadaian di wilayah Kalimantan Timur sangat jauh tertinggal, Pegadaian di wilayah Balikpapan telah tumbuh pesat.  Pada tahun 1998-2000 apabila kita ingin ke   kota Palangkaraya dari Banjarmasin salah satu alternative yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan sarana transportasi berupa speed boat . Setelah pengalaman buruk saya menggunakan angkutan darat maka saya lebih memilih selalu menggunakan angkutan sungai meskipun sebenarnya saya takut karena tidak bisa berenang sama sekali. Transportasi sungai Banjarmasin ke Palangkaraya ini akan melalui sungai-sungai Kuala Kapuas,