Langsung ke konten utama

Naik Kereta Api Brawijaya ke Malang

 

Naik Kereta Api Brawijaya

Ternyata telah lama sekali saya ini tidak pernah naik KA, saking lamanya terakhir kali naik KA masih punya anak satu dan isteri satu, sekarang sudah punya 3 anak. Si Balita yang dulu masih digendong naik KA itu-pun sudah menikah dan malah mengantar saya dan isteri tersayang yang tetap satu ini naik mobil ke Gambir. Bisa dibayangkan khan kenapa saya jadi agak lebay mau naik KA ini.  Dulu  waktu masih aktif bekerja punya niat tapi rasanya tidak punya waktu berwisata naik KA.

Makanya sekarang seperti semangatnya Halland mengejar bola, sehabis shallat jumat saya dan isteri langsung berangkat ke Gambir. Sesampainya di stasiun terbesar di Jakarta ini langsung menggeret koper bergegas ke ruang tunggu karena pede ticket online sudah dicetak dari rumah. 

Eh.. dipintu masuk disapa dengan ramah oleh pak Satpam “udah pernah register belum? kalau belum silahkan register dulu di meja layanan”. Karena belum pernah, saya jalanlah ke meja layanan di dekat boarding gate. Disana  diminta KTP-nya untuk di-scan dan setelah itu mencet screen finger print reader pakai jari telunjuk, ternyata Cuma naruh jari telunjuk dan scan KTP di reader device. Prosesnya Gak sampai 5 menit dan cukup sekali, selanjutnya data kita sudah terekam dan kalau bepergian di stasiun lainnya yang sudah dipasang device ini tinggal scan wajah dan langsung masuk gate.


Saya lanjut jalan ke pintu masuk, oh ternyata setelah finger print tadi sekarang melalui  face recognize kita tidak perlu lagi scan tiket , cukup nampangin muka di depan screen yang mirip smartphone itu maka boarding gate langsung terbuka. Bagi yang hobby-nya selfie ini kerjaan sehari harinya. 

Kereen juga KAI, sepertinya proses boarding KAI lebih maju dibandingkan Angkasa Pura yang boardingnya masih harus periksa manual sambil muka kita yang dilihatin sama security-nya.  

Sekarang santai dulu di ruang tunggu sambil duduk mendengarkan live music, saya jadi ingat ketika bertugas mengikuti seminar di Ulan Bator Mongolia, karena tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke ulan bator maka pesawat  yang kami naiki harus transit belasan jam di bandara Incheon Seoul. Di bandara ini disediakan berbagai hiburan dan salah satunya ada live music juga, lumayan sebagai hiburan bagi penumpang yang harus menunggu lama di Bandara. 

Stasiun Gambir ini dimulai dari berdirinya stasiun weltevreden pada tahun 1884 dan sejak itu sudah menjadi stasiun teramai di Indonesia. Kemudian berubah nama menjadi Batavia Koningsplein pada tahun 1937, namun warga Jakarta menyebutnya dengan nama lapangan gambir. Kemungkinan karena dulu di halamannya banyak pohon gambir. 

Kalau dibaca sejarahnya, arsitektur stasiun ini seharusnya bergaya art deco, namun gambir yang kita lihat sekarang adalah bangunan modern yang diresmikan oleh pak Harto pada tahun 1992. 

Tidak lama kemudian terdengar panggilan buat penumpang KA Brawijaya untuk ‘boarding”, beranjaklah  kami ke peron dan menunggu di sana. Memang terasa panas duduk di peron yang open air ini, tambah lagi Jakarta yang sedang hot-hotnya.

Syukurlah tidak lama harus berpanas panas di peron,  kemudian gerbong yang dinanti nanti mulai terlihat masuk stasiun,  setelah penumpang yang turun dari KA beres, kami-pun segera naik  ke gerbong eksekutif 2. Wah ternyata dengan tarif Rp. 700.000,- dapat KA yang bersih dan tempat duduk yang nyaman. 

tepat pukul 15.30, KA mulai bergerak meninggalkan gambir dengan derak berbunyi gejlek-gejlek dari rel kereta yang khas mulai terdengar. Secara perlahan rangkaian gerbong Brawijaya secara perlahan meninggalkan gambir melalui jalan layang KA melintas di sela sela gedung tinggi Jakarta.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

pemeriksaan kas sekonyong konyong

Disaat masih menjadi pemeriksa muda di Inspektorat Wilayah Medan aku seperti biasa melakukan berbagai kunjungan pemeriksaan ke berbagai kantor cabang Pegadaian. Hari ini pemeriksaan di kantor cabang Pegadaian takengon selesai dilaksanakan, siang ini aku dan pak Sudrajat sebagai ketua team akan segera kembali ke Medan.  Ketua team ini orang sunda yang sangat baik dan seperti orang sunda lainnya, senang guyon, sehingga perjalanan jauh dari Medan ke Aceh yang ditempuh selama belasan jam ini tidak terasa membosankan. Tapi seperti orang sunda yang susah melafalkan beberapa huruf, begitu juga boss satu ini, salah satu yang paling aku ingat adalah kegagalannya mengucapkan kata “eksekutif”, beliau selalu mengucapkannya sebagai sekutip.   Karena sudah jadwalnya kembali ke Medan, Hati ini riang gembira serasa berteriak “hore.. hore, akhirnya tiba waktunya I’am coming home”. Tidak seperti sekarang dimana sewaktu waktu dapat video call dengan anak isteri, tahun 90-an ini kalau kangen sama keluarga

Arisan Emas Pegadaian.

Ingin berinvestasi emas ? kunjungi outlet outlet Pegadaian, sekarang investasi emas dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat dibeli secara tunai di outlet Galeri 24 Pegadaian, dapat juga dengan cara arisan.

jalur sungai Banjarmasin to Palangkaraya

Jalur Sungai Banjarmasin – Palangkaraya. Kantor cabang Pegadaian di Palangkaraya pada tahun 1999 merupakan satu-satunya kantor cabang Pegadaian yang terletak di kota Palangkaraya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah.   Pegadaian di Palangkaraya kurang bagus perkembangannya karena setelah beberapa tahun berdiri masih juga berstatus cabang kelas III, klasifikasi cabang terendah pada masa itu. Dibandingkan Pegadaian di wilayah Kalimantan Timur sangat jauh tertinggal, Pegadaian di wilayah Balikpapan telah tumbuh pesat.  Pada tahun 1998-2000 apabila kita ingin ke   kota Palangkaraya dari Banjarmasin salah satu alternative yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan sarana transportasi berupa speed boat . Setelah pengalaman buruk saya menggunakan angkutan darat maka saya lebih memilih selalu menggunakan angkutan sungai meskipun sebenarnya saya takut karena tidak bisa berenang sama sekali. Transportasi sungai Banjarmasin ke Palangkaraya ini akan melalui sungai-sungai Kuala Kapuas,