Agen Pegadaian
Salah satu strategi pertumbuhan yang dikembangkan oleh Pegadaian adalah melalui pertumbuhan anorganik, penambahan jaringan outlet melaui bentuk keagenan. strategi ini akan menambah jangkauan layanan perusahaan ke wilayah yang belum terlayani, namun secara skala bisnis belum profitable kalau harus membangun outlet milik sendiri. membangun outlet dalam bentuk unit pun akan mahal karena harus menyediakan kantor, Penaksir, Kasir, Satpam dan berbagai fasilitas fisik pendukungnya.
Salah satu agen pegadaian berada di desa yang bernama kembang janggut, desa ini berada sekitar 4 jam dari Tenggarong, ibu kota Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Lokasinya berada di sekitar kawasan calon ibukota negara baru Indonesia IKN. Rasanya tidak banyak yang kenal dengan nama desa ini. beda dengan daerah pulau Jawa, di Kalimantan ini antara desa dengan desa lainnya masih banyak yang terpisah hutan atau kebun sawit.
Agen Pegadaian di desa ini bernama Ina, Di-usia yang masih muda tamatan D3 kebidanan ini sejak 4 tahun yang lalu menjalankan bisnis agen Pegadaian di desanya. Sekarang omzet perbulannya sudah mencapai sekitar Rp. 1 miliar dan fee yang didapatkannya pun sudah bisa jauh melampaui UMR. keagenan ini tidak saja sekedar berguna bagi Pegadaian, tetapi juga memberikan lapangan pekerjaan bagi para agen. Konsep sharing economy ini dirasakan sangat besar benefitnya bagi agen.
Pegadaian sungguh serius menggarap keagenan ini, setiap agen gadai diberikan pelatihan sebagai Penaksir dan mereka akan mendapatkan sertifikasi Penaksir dengan logo BNSP. Strategi ini merupakan win win solution, sebab penaksir atau di pawnshop singapore disebut dengan valuer merupakan key person dalam flow bussiness gadai. Taksiran yang baik tidak saja awal dari omzet yang sehat, namun juga menjadi ukuran kepuasan utama dari nasabah. Trust dan loyalitas akan terbentuk antara penaksir dan nasabah dari nilai taksiran.
Pegadaian juga rajin melakukan gathering untuk sharing sesama agen dan forum bagi peningkatan kompetensi, pelatihan di bidang digital marketing, sellling skill dan berbagai hal lainnya dilakukan untuk membangun kompetensi dan relationship jangka panjang.
Syarat untuk menjadi agen juga sangat mudah, cukup mendaftar pada kantor cabang atau unit terdekat, tidak ada biaya yang harus dibayarkan, setiap agen hanya diminta menempatkan deposit dana di Pegadaian untuk menjadi agen, deposit ini sebagai jaminan atas uang pinjaman yang disalurkan. namun di sore hari setalah barang jaminan diserahkan ke cabang induk maka uang jaminan akan dikembalikan sebagai deposit. Nilai deposit sesuai dengan target agen sendiri dalam menyalurkan uang pinjaman, kalau omzet terus meningkat maka deposit dapatt dilakukan Top-Up.
Pada awal menjalani bisnis agen ini, Ina harus membawa barang jaminan yang diterimanya sebagai agen ke Pegadaian di Tenggarong. Perjalanan dari desanya ke Tenggarong ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam menggunakan angkutan darat. Sekarang di desanya juga sudah berdiri outlet co-location Pegadaian dan BRI di desa kembang janggut, dia juga sudah tidak perlu lagi ke Tenggarong.
Disaat awal masyarakatpun belum begitu percaya dengan agennya, dengan berjalannya waktu agen Ina-pun sudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. omzet dari berbagai produk pegadaian yang disalurkannya juga semakin meningkat. Ditengah serbuan produk berbasiskan aplikasi, model bisnis yang masih menggabungkan teknologi digital dengan intimacy khas Pegadaian ini terasa pas, karena model bisnis gadai ini masih membutuhkan kolateral fisik dan nasabahnya-pun mayoritas ibu-ibu yang lebih senang dilayani tatap muka sambil curhat.
Kunci sukses lainnya adalah keberhasilan staff pemasaran Pegadaian membangun relationship dengan para agennya, karena agen adalah manusia dan mayoritas adalah ibu ibu yang perlu selalu mendapat perhatian.
Komentar
Posting Komentar