Langsung ke konten utama

Postingan

pemeriksaan kas sekonyong konyong

Disaat masih menjadi pemeriksa muda di Inspektorat Wilayah Medan aku seperti biasa melakukan berbagai kunjungan pemeriksaan ke berbagai kantor cabang Pegadaian. Hari ini pemeriksaan di kantor cabang Pegadaian takengon selesai dilaksanakan, siang ini aku dan pak Sudrajat sebagai ketua team akan segera kembali ke Medan.  Ketua team ini orang sunda yang sangat baik dan seperti orang sunda lainnya, senang guyon, sehingga perjalanan jauh dari Medan ke Aceh yang ditempuh selama belasan jam ini tidak terasa membosankan. Tapi seperti orang sunda yang susah melafalkan beberapa huruf, begitu juga boss satu ini, salah satu yang paling aku ingat adalah kegagalannya mengucapkan kata “eksekutif”, beliau selalu mengucapkannya sebagai sekutip.   Karena sudah jadwalnya kembali ke Medan, Hati ini riang gembira serasa berteriak “hore.. hore, akhirnya tiba waktunya I’am coming home”. Tidak seperti sekarang dimana sewaktu waktu dapat video call dengan anak isteri, tahun 90-an ini kalau kangen sama keluarga
Postingan terbaru

Tali Gajah

Melepas Tali Gajah Ketika seorang pria sedang melewati gajah, dia tiba-tiba berhenti, bingung dengan kenyataan bahwa makhluk besar ini hanya diikat dengan tali kecil di kaki depan mereka. Tidak ada rantai, tidak ada kandang. Jelas bahwa gajah dapat ini bisa saja, melepaskan diri dari ikatan mereka. Namun untuk beberapa alasan, mereka tidak melakukannya. Dia melihat seorang pelatih di dekatnya dan bertanya mengapa hewan-hewan ini hanya berdiri di sana dan tidak berusaha untuk melarikan diri. “Yah,” kata pelatih, “ketika mereka masih sangat muda dan jauh lebih kecil, kami menggunakan tali dengan ukuran yang sama untuk mengikat mereka dan, pada usia itu, cukup untuk menahan mereka. Saat mereka tumbuh dewasa, mereka dikondisikan untuk percaya bahwa mereka tidak dapat melepaskan diri. Mereka percaya tali itu masih bisa menahan mereka, jadi mereka tidak pernah mencoba melepaskan diri.” Pria itu terheran-heran. Hewan-hewan ini kapan saja dapat melepaskan diri dari ikatan mereka, tetapi karena

Introspeksi

Introspeksi Di suatu sudut kampung, Negeri Antah Berantah, hidup sepasang suami-istri. Hidupnya melarat, tapi rajin beribadah. Kehidupannya hanya disandarkan pada pekerjaan membuat gula aren (gula merah). Mereka berdua berjibaku tiap hari membuat gula merah. Sang suami memanjat batang aren, sang istri bertugas memasak tuak aren yang menjadi cikal-bakal gula merah. Suatu hari, lelaki miskin itu menjual gula merah yang dibuat istrinya ke kota. Gula merahnya ditawarkan kepada orang-orang di pasar. Banyak orang tertarik membeli karena bentuknya unik. Istrinya selalu membuat gula merah dengan bentuk khas. Bentuknya bulat mirip bola tennis dan beratnya 1 kg disukai banyak orang. Salah satu pelanggannya berada di samping pasar. Kebetulan juga pelanggannya itu menjual sembako. Jadi setiap menerima uang hasil penjualan gula merah dari pelanggannya yang kaya itu, ia membeli kebutuhan harian mereka untuk sekadar makan. Suatu ketika, pemilik toko itu curiga dengan berat gula merah itu dan dia pun

Pentingnya Komunikasi yang Baik

Mimpi Sang Raja  Alkisah, di suatu malam seorang raja terbangun dari tidurnya. Rupanya, sang raja baru saja mendapat mimpi buruk yang penuh teka-teki. Dengan napas masih terengah-engah, sang raja berteriak memanggil hulubalang kerajaan. “Hulubalang … panggil peramal istana sekarang juga. Cepaaat …!” Hulubalang tergopoh-gopoh pergi menuaikan perintah raja tanpa berani bertanya siapa peramal yang dikehendaki raja. Tak lama, seorang peramal kerajaan menghadap. Raja langsung membeberkan mimpinya dan meminta si peramal mengartikannya. “Aku bermimpi aneh sekali. dalam mimpi itu, gigiku tanggal semua. Hah … pertanda apa ini? Tanya sang raja. Setelah mengadakan perhitungan penanggalan secara cermat dan teliti, dengan sedih si peramal berkata, “Mohon ampun, Baginda … dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan, bahwa kesialan akan menimpa Baginda. Karena, setiap gigi yang tanggal itu berarti seorang anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia. Jika semua gigi tanggal, berarti kesialan b

Auditor Concern

Pada saat Auditor melakukan audit maka beberapa kondisi internal auditee yang perlu menjadi concern bagi auditor adalah :   1.       Apakah sudah ada SOTK ?  Tidak dilakukannya pemisahan antara pemegang asset dengan pencatat asset atau rangkap jabatan yang berakibat hilangnya fungsi dual custodian. Seperti dirangkapnya tugas sebagai penyimpan barang jaminan emas di brankas dengan yang melakukan pencatatan atas asset tersebut oleh satu orang.  Kondisi lain yang juga membuka peluang terjadinya fraud karena diabaikannya prinsip dual custodian adalah pemegang kunci brankas dilakukan oleh satu orang,  kunci tanam dan kunci kombinasi atau digital dipegang oleh satu orang.   Data dan asset fisik yang dipegang oleh satu orang menyebabkan tidak adanya proses rekonsiliasi  2.     Apakah internal control dijalankan ?   Pelaksanaan internal control harus dituangkan dalam setiap SOP dan menjadi faktor krusial yang harus diperhatikan bagi terlaksananya governance, risk and control dalam perusahaan.

Pengujian Substantif

Untuk menentukan keakuratan transaksi atau komponen saldo akun, seorang auditor harus melakukan pengujian substantif yang dapat dilakukan dengan cara sbb.  : a) Verifications. Membandingkan satu data dengan data lainnya atau mencocokkannya dengan kebijakan/peraturan dan melakukan tindak lanjut jika terdapat perbedaan data. Misal : Auditor harus melakukan membandingkan antara pembukuan pada buku kas dengan bukti pembayaran dan surat otorisasi / kebijakan atas pengeluaran tersebut.  b) Reconciliations. Membandingkan dua sumber data yang harusnya sama dan jika ada perbedaan maka dicari saldo yang benar.  Misal : Auditor harus menemukan saldo yang benar jika terdapat perbedaan antara saldo pada buku bank dengan rekening koran c) Authorizations and approvals. Proses pengesahan jika transaksi valid, dilakukan melalui form oleh manajemen dengan level lebih tinggi  atau by system. Misal : Auditor pada saat pemeriksaan harus memastikan kalau pencairan kredit harus sudah mendapatkan approv

Kegagalan Liberalisasi Jasa Gadai

Jasa gadai pada awal kehadirannya di era kolonial ini dimiliki oleh pihak swasta.  Gadai oleh swasta ini menimbulkan efek yang merugikan bagi para buruh karena mereka menetapkan bunga yang sangat tinggi.  Pada awal tahun 1820 Baron van der capellen yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Belanda kemudian berinisiatif untuk mengatur bisnis gadai ini dengan mengeluarkan peraturan yang menetapkan tarif bunga bagi pandhuis. Peraturan bunga untuk melindungi konsumen gadai ditetapkan sebagai berikut : - Bunga maksimal ditetapkan sebesar 6,5% per bulan untuk pinjaman kurang dari 1 guilder.  - Untuk pinjaman sampai dengan 100 guilder bunga maksimum ditetapkan 3 %  per bulan.  Bisnis gadai ini memang dibutuhkan dan menjadi solusi bagi masyarakat  Hindia Belanda, salah satunya karena praktis dan hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki akses ke Bank. Perusahaan gadai semakin berkembang,  pada tahun 1869 jumlah rumah gadai di Hindia Belanda berjumlah 250 unit. Kemudian pada