Langsung ke konten utama

Postingan

Sebab Gagalnya Keagenan

Ekspansi menggunakan agen menjadi alternatif yang lebih murah daripada membuka outlet sendiri. Perusahaan tidak harus menanggung seluruh biaya kepemilikan langsung, seperti membangun sendiri infrastruktur fisik, dapat menghemat biaya modal, dan tenaga kerja yang sudah tersedia. Namun tidak semua perusahaan sukses menjalankan strategi keagenan ini, berbagai hal yang menyebabkan gagalnya strategi ekspansi ini adalah : 1. Kurangnya Melakukan Pemasaran  Kegagalan juga bisa terjadi karena agen cenderung pasif, atau hanya mengandalkan pelanggan yang datang (walk in customer). Agen tidak melakukan aktivitas promosi, tidak memberikan sweetener dan loyalty program, tidak memanfaatkan media sosial untuk berpromosi, dan lain-lain.  2. Kurangnya Pengembangan Teknologi dan Inovasi Untuk sukses sistem keagenan prasyaratnya adalah memiliki keunggulan teknologi digital. Teknologi yang dapat memproses transaksi dengan cepat, koneksi dengan vendor dan sistem tracking yang real time.  3. Principal
Postingan terbaru

Berkarier bukan menjadi sprinter

Kata sahibul hikayat, diberitakan Anna Sebastian Perayil seorang karyawan baru di Ernst & Young meninggal karena kelelahan dalam bekerja. Anna yang baru berusia 26 tahun ini pun kolaps setelah bekerja 7 hari seminggu dan 24 jam sehari di EY Pune, India. Bekerja hingga larut malam, meeting pun tidak peduli kalau dilakukan di hari sabtu minggu. Anna memang tipe yang ambisius sejak mudanya, mahasiswa yang berprestasi dan sangat berambisi bekerja di kantor akuntan sekelas EY. Setamat kuliah, dia merantau karena dapat pekerjaan di EY Pune. Anna harus hidup di lingkungan baru dan nyaris juga tidak punya teman.  Dari pemeriksaan oleh cardiologist, disebutkan Anna makan sangat telat, kurang tidur dan selalu cemas karena ambisinya untuk selalu menyelesaikan pekerjaan yang sudah diluar kemampuan fisiknya. Karena stress, akhirnya Anna meninggal hanya 4 bulan setelah bekerja. Hal yang sangat mengecawakan ibundanya, pada saat pemakamannya ternyata tidak ada satu orangpun dari kantor EY yang dat

Pemeriksaan Hitungan Sekonyong Konyong

Hari ini, perjalanan saya berlanjut ke Palangkaraya. Meskipun kota ini merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, di tahun 1999 ini, Pegadaian hanya memiliki satu kantor cabang di sana—itu pun hanya cabang kelas III. Perkembangan Pegadaian di Kalimantan Tengah masih jauh tertinggal dibandingkan wilayah Kalimantan Timur yang sudah tumbuh pesat. Badan saya masih terasa lelah, baru saja menyelesaikan pemeriksaan di cabang Martapura, dan sebelumnya sudah lebih dari seminggu berkutat di Banjarmasin. Namun, tugas tetaplah tugas. Tidak ada ruang untuk mengeluh. "Ayo, Pak, kita ke pelabuhan speed supaya tidak terlalu siang sampai di Palangka," ajak Pak Mustafa, rekan satu tim saya. Dia adalah putra asli Banjar, yang sudah paham betul daerah ini. "Sip, Pak Mus! Tetap semangat. Saya juga sudah tidak sabar untuk mengarungi Sungai Kapuas," jawab saya sambil tersenyum. Kami tiba di tepi Sungai Kapuas sekitar jam 6 pagi, lokasi yang disebut pelabuhan ini lebih mirip dermaga s

Rapat para Tikus

Pertama kali saya mendengarkan istilah rapat tikus ini adalah disaat dalam rapat kerja perusahaan tempat saya bekerja, salah satu BUMN yang sehat, mendatangkan laba dan tidak pernah gagal bayar hutang. Dalam salah satu ceramah oleh Direksi, disampaikanlah kalau rapat kerja ini harus mengeluarkan gagasan yang konkrit dan dapat dieksekusi. Jangan seperti rapat para tikus. Setelah diskusi dan peserta rapat menyampaikan banyak gagasan yang brilian dalam konsep, namun sepertinya tidak akan dapat dieksekusi. Seringkali dalam rapat kerja ini masing masing divisi atau kantor wilayah akan menyampaikan berbagai program, namun apakah program tersebut akan dapat dieksekusi ?  Dari sinilah kemudian muncul istilah rapat para tikus, kata sahibul hikayat, suatu hari sekelompok tikus mengadakan rapat kerja karena eksistensi mereka terancam oleh munculnya kucing lapar. Kepala dewan tikus kemudian mengusung tema rapat yang sangat chalenging bagi para peserta " Solusi menghadapi ancaman dari terkaman

Steve Jobs, think different

Innovator hebat seperti Steve Jobs memiliki kemampuan untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumennya lebih dari apa yang mereka mampu bayangkan. Steve juga memiliki kemampuan untuk kemudian menciptakan produk yang lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh konsumennya. Steve Jobs tipe orang yang memiliki DNA sebagai innovator dalam dirinya dan tipe orang yang melihat sesuatu secara berbeda dari orang kebanyakan. Contoh dari “think different”nya steve dapat dilihat pada produk produk yang dilahirkan Apple.   “think different”sudah menjadi positioning bagi Apple. Menjadi semacam slogan pembeda bahwa Apple tidak seperti perusahaan lainnya dalam bisnis. Idiom “think different” ini pada awalnya ditulis oleh Craig Tanimoto seorang konsultan dari perusahaan advertising yang dipakai oleh Apple. Idiom yang muncul Sebagai reaksi atas idiom “think IBM” punya IBM.  Magis “think different” ini nampak disaat penciptaan layar sentuh pada smartphone Apple. Pengguna smartphone  sebenarnya sudah sa

Top of Mind

Sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan brand ? Brand merupakan kombinasi dari nama atau logo barang atau jasa yang akan langsung muncul dalam pikiran seseorang (Definisi dari  The UK’s chartered Institute of Marketing). Ada juga yang menyebut bahwai brand adalah ‘promise’.  Professor grant leboff dalam bukunya berjudul Myths of Marketing menjelaskan apa yang disebut dengan salah satu level brand awareness yaitu brand recall, inilah yang dibuttuhkan oleh setiap perusahaan. Brand recall, misalnya pada saat petani jagung sedang butuh uang untuk membeli bibit jagung, dan bertanya kepada temannya dimana bisa pinjam uangnya ?  temannya  langsung menjawab “agen Pegadaian, juragan jagung”.   Inilah yang disebut dengan brand recall dan brand yang paling diingat disebut sebagai ‘top of mind awareness’. Awareness merupakan syarat awal dari terjadinya pembelian, tidak ada orang yang akan membeli merek yang tidak dikenalnya. Disinilah kekuatan agen Pegadaian, karena Pegadaian merupakan Top of Mind

Harga terendah tidak selalu "the best deal"

Harga terendah tidak selalu "the best deal"  Ada 2 orang anak usia 6 tahunan yg dikasih tugas jagain stand minuman perasan lemon atau Lemonade disebuah taman di San Fransisco, USA. Di stand itu ada papan yang ditulisi promo atau iklan Lemonade di stan ini. Harga segelas Lemonade yg dijual dua anak ini berkisar antara $1 sampai $3. Yang menarik adalah tulisan-tulisan di papan itu diganti-ganti setiap 10 menit dan dicatat jumlah orang yg datang dan belanjanya. TULISAN PERTAMA di papan tersebut adalah : "Spend a little time, and enjoy C & D’s lemonade" (Habiskan sedikit waktu untuk menikmati C & D's Lemonade). Kemudian dua anak itu melayani pembeli seperti biasa. Selang 10 menit, dua anak ini kemudian mengganti tulisan di papan iklan mereka "Spend a little money, and enjoy C & D’s lemonade" (Habiskan sedikit uang, dan nikmati C & D's lemonade) Lalu mereka melayani pembeli seperti biasa. Setelah 10 menit dirubah lagi tulisan di papan ik